FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
Merupakan
Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pengajaran PAI
Oleh:
Mustolih
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAIS) BUMI SILAMPARI
LUBUKLINGGAU
2012
A. Latar Belakang.
Peran pendidikan sangat penting
dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses
kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan
bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan
negara. Keberhasilan proses belajar mengajar merupakan faktor
utama dari keberhasilan tujuan pendidikan secara umum.
Pengertian Belajar
menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology (1961),
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu
proses belajar.[1]
Dalam proses belajar
tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan
bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan
belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Pengertian Mengajar
Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction
mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan
dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Ngalim
Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (1998: 150)
mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau
melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan kepada anak-anak.[2]
Sedangkan keberhasilan
menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah “
Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai”[3].
Dalam kurikulum
terbaru ketika tujuan pembelajaran di disebutkan dalam bentuk standar
kompetensi dan kompetensi dasar, maka kegiatan belajar mengajar dikatakan
berhasil jika setelah terjadinya proses belajar mengajar, peserta didik
memiliki kemampuan/kompetensi seperti yang disebutkan dalam kompetensi dasar.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar.
Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan
guru dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu: “ Faktor tujuan,
guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan
suasana evaluasi”[4]
1. Faktor Tujuan.
Tujuan adalah
pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan
bentuk tingkah laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses
pembelajaran. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh
guru dan akan secara langsung berpengaruh pada kegiatan belajar peserta didik.
Guru dengan sengaja akan menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan,
jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan pengajaran guru tidak searah maka
tujuan pembelajaran akan gagal.
Menurut Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal,
tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat
sangat khusus, hanya menunjukan satu pengetahuan atau ketrampilan saja.
Berpusat kepada siswa, artinya menunjuk langsung kepada kepentingan siswa,
menunjuk pada situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan tersebut dapat tercapai
serta menunjuk pada tingkat atau nukuran yang telah ditentukan”[5]
Dari rumusan
tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan kedalam komponentujuan
pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa komponen-komponen tujuan
pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer, tingkah laku atau perbuatan, kondisi
dan kriteria”[6]
a.
Siswa atau Perfomer.
Siswa atau subjek belajar yang melakukan kegiatan
belajar, perumusan tujuan hendaknya menyebutkan secara jelas siapa yang akan
menunjukan atau mendemonstrasikan hasil belajar, yakni yang melakukan kegiatan
belajar.
b.
Tingkah laku atau perbuatan.
Perbuatan ini merupakan predikat dari subjek dan
dinyatakan dengan kata kerja operasional, perbuatan ini diharapkan terjadi
apabila pelaku/subjek telah melakukan suatu program pengajaran.
c.
Kondisi.
Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana
yang meliputi perbuatan itu. Mungklin kita meminta anak agar perbuatan itu
dapat dilakukan dalam suasana atau kondisi tertentu menurut syarat-syarat
tertentu. Komponen kondisi ini memperjelas kedudukan suatu perbuatan atau
memberi keterangan dan dalam keadaan bagaimana, untuk pemenuhan syarat-syarat
apa, dimana dan bilamana dan seterusnya.
d.
Kriteria.
Kondisi merupakan penjelasan dari suatu perbuatan, tetapi
penjelasan itu tidak final, artinya masih bisa dipertajam atau dipersempit,
sehingga memperoleh kepastian yang meyakinkan bahwa perbuatan tersebut
benar-benar dapat diukur. Kriteria merupakan keterangan dari komponen kondisi,
sebagai tuntutan minimal dan merupakan standar pengukuran keberhasilan
pencapaian tujuan.
Karena sebagai
pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali belajar mengajar,
maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya tujuan
merupakan satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Faktor Pendidik.
Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2003, guru adalah tenaga
pendidik profesional yang bertugas, mendidik, mengajar, melatih, membimbing dan
mengevaluasi peserta didik. Guru
adalah tenaga pendidik yang berpengalaman dalam bidang profesinya yang
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, kepada siswanya di sekolah. Dengan ilmu
yang dimilikinya, guru dapat menjadikannya siswa yang menjadi cerdas dan
memiliki pribadi yang baik. Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing
sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian
guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari keberhasilan
belajar mengajar untuk mengantarkan siswa menjadi orang yang berimu pengetahuan
dan berkepribadian baik.
Latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi
kompetensi seseorang guru dibidang pendidikan dan pengajaran. Guru pemula
dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya di sekolah, karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori
sebagai pengabdiannya. Sedangkan guru yang tidak berlatar belakang keguruan
akan banyak menemukan masalah dikelas, karena tidak memiliki bekal teori
pendidikan dan keguruan. Berbagai permasalahan yang dikemukakan diatas adalah
merupakan aspek yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar dan yang dihasilkan
dapat bervariasi. Variasi itu dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa
menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam setiap kali pertemuan.
Peran guru di
sekolah juga sangat penting dalam meningkatkan kemauan belajar anak anak.
Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan pengarahan kepada anak bagaimana
cara belajar yang baik dan mengembangkan potensi lebih yang terdapat pada anak.
Ada beberapa aspek
yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “
Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
yaitu: kepribadian, pandangan
terhadap anak didik dan latar belakang guru”.[7]
a. Kepribadian
Hal ini akan mempengaruhi pola
kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas didalam kelas.
b. Pandangan
terhadap anak didik
Proses belajar dari guru yang
memandang anak didik sebagai mahluk individual dengan yang memiliki pandangan
anak didik sebagai mahluk sosial akan berbeda. Karena prosesnya berbeda, hasil
proses belajarnya pun akan berbeda.
c.
Latar belakang guru
Guru pemula dengan latar belakang
pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah,
karena ia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung
pengabdiannya. Tingkat
kesulitan yang ditemukan guru semakin berkurang pada aspek tertentu seiring
dengan bertambahnya pengalamannya.
3. Faktor Peserta Didik.
Anak didik adalah
orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang memasukkannya untuk
didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap
seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup besar. Anak dalam jumlah yang
cukup besar itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga yang
berlainan dan mempunyai karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada yang
pendiam, periang, suka bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga dengan
tingkat kecerdasan yang bervariasi, keadaan biologi merekapun berbeda. Karena
itu, perbedaan anak pada sekolah biologis, intelektual dan psikologis ini dapat
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu
dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula
dari sikap minat yang berlainan. Biasanya pelajaran yang disenangi akan
dipelajari dengan senang hati. Sebaliknya, jika pelajaran yang kurang disenangi
jarang dipelajari sehingga tidak heran bila isi dari pelajaran kurang dikuasai
oleh siswa, akibatnya hasil ulangan siswa tidak baik. Sederetan angka yang
terdapat dibuku raport siswa adalah buktinya dari keberhasilan proses belajar
mengajar
Aspek
dari anak didik yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah :
a. Psikologis
anak didik
b. Biologis
anak didik
c. Intelektual
anak didik
d. Kesenangan
terhadap pelajaran
e. Cara
belajar anak didik
Hal di atas yang menyebabkan perbedaan karakteristik
anak didik, misalnya pendiam, aktif, keras kepala, kreatif , manja dan
sebagainya. Anak yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing berkumpul di dalam
kelas dan yang mengumpulkan tentu saja guru atau pengelola sekolah. Banyak
sedikitnya jumlah anak didik dikelas akan mempengaruhi pengelolaan kelas.
Jenis jenis
kecerdasan siswa sangat mempengaruhi pola pembelajaran yang akan dilakukan
guru, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
hasil kegiatan pembelajaran.
Menurut Howard Gadner kecerdasan siswa dibagi menjadi “Spasial atau visual,
linguistik verbal, interpersonal, musikal/ritmik, naturalis, badan/kinestetik,
intrapersonal, logis/matematis”[8].
a. Spasial/Visual,
berpikir dalam citra dan gambar, melibatkan kemampuan untuk memahami hubungan ruang
dan citra mental, secara akurat mengerti dunia visual.
b. Linguistik-verbal,
berpikir dalam kata-kata, mencakup kemahiran dalam berbahasa untuk berbicara,
menulis, membaca, menghubungkan dan menafsirkan.
c. Interpersonal,
berpikir lewat berkomunikasi pada orang lain, ini mengacu pada ketrampilan
manusia, dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, berinteraksi dengan orang
lain.
d. Musikal-ritmik,
berpikir dalam irama dan melodi, ada beberapa peran yang dapat diambil individu
yang cenderung musikal, dari komposer hingga pendengar.
e. Naturalis,
berpikir dalam acuan alam, kecerdasan ini menyangkut pertalian seseorang dengan
alam, yang dapat melihat pola dalam dunia alamiah dan mengidentifikasi,
berinteraksi dengan proses alam.
f. Badan-kinestetik,
berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik, merupakan kemampuan mengendalikan
dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan.
g. Intrapersonal,
berpikir secara refletif, ini mengacu pada kesadaran rekfletif mengenai
perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
h. Logis-matematis,
berpikir dengan penalaran, melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah
dan kemampuan matematis.
Selain
jenis-jenis kecerdasan, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
adalah gaya belajar siswa. Secara umum ada tiga gaya belajar yaitu: visual, auditorial
dan kinestetik. Walaupun menurut Thomas Amstrong ” Kita tidak dapat memberi
label kepada mereka sebagai pelajar visual, pelajar verbal maupun pelajar
kinestetis karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk
memperluas dan mengembangkan intelegensia/kecerdasan anak didik”[9].
Tetapi modalitas VAK (Visual, Audio dan Kinestetis) menguntungkan bagi guru
dalam proses pembelajaran jika guru dapat menyesuaikan pembelajaran dengan
kecenderungan yang ada, sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Menurut
Zulfinadri “ Meskipun kebanyakan orang memiliki akses pada ketiga modalitas
(Visual, Audio, Kinestetis) hampir semua orang cenderung pada satu modalitas
saja, yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan
komunikasi”.[10] Semua
jenis kecerdasan dan gaya belajar anak sudah semestinya menjadi pertimbangan
guru dalam menentukan metode, dan serta kegiatan pembelajaran lainnya.
Angka-angka
dirapor menunjukkan bukti nyata dari keberhasilan belajar mengajar. Hal ini
sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan anak terhadap bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru, karena itu dikenalilah tingkat keberhasilan maksimal
(istimewa), Optimal (baik sekali), minimal (baik) dan kurang untuk setiap bahan
yang dikuasai anak didik
4. Faktor Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan
pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa, salah
satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif
tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru haarus dapat menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara optimal. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi
antara guru dengan anak didik dengan bahan pelajaran sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.
Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik.
Ada 3 aspek yang
dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar
yaitu:
a. Gaya mengajar guru
Menurut Muhammad
Ali, ada empat macam gaya mengajar[11]
yaitu:
1) Gaya
mengajar klasik,
2) Gaya
mengajar teknologis,
3) Gaya
mengajar personalisasi
4) Gaya
mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1)
Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala
persamaan dan perbedaannya
2)
Pendekatan
kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk
sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar
yang lebih baik.
c. Strategi
penggunaan metode
Penggunaan strategi
belajar dapat digunakan lebih dari satu
metode pengajaran misalnya penggunaan metode ceramah
dengan metode tanya jawab. Jarang guru menggunakan satu metode dalam melaksanakan pengajaran, hal ini
disebabkan rumusan tujuan yang dibuat guru tidak hanya satu, tetapi bisa lebih
dari dua rumusan.
5. Faktor Bahan dan
Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau
evaluasi. Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak
didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah diprogramkan dan harus
sudah selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan dalam
pembuatan item-item soal evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes
dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk pengamatan proses pembelajaran,
sedangkan tes hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes hasil belajar adalah
alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang
dalam proses belajar mengajar atau pendidikan” [12].
Tes yang digunakan tidak hanya dalam bentuk soal benar-salah atau true-fall dan
pilihan ganda, tetapi juga menjodohkan, melengkapi dan essay. Masing-masing
alat evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Soal objektif seperti pilihan
ganda mempunyai kelebihan dapat menampung hampir seluruh materi pelajaran yang
sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester. Kelemahannya pada
penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu penguasaan
yang masih bersifat samar, hal ini disebabkan jawaban dari setiap soal sudah
disiapkan alternatifnya, jika peserta didik tidak mengetahui jawabannya maka ia
akan memilih secara acak dan bisa saja jawaban yang dipilihnya benar, meski ia
tidak tahu.
Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap
spekulasi pada anak didik, sebab alat tes ini hanya bisa dijawab jika anak
didik benar-benar menguasai bahan pelajaran, jika tidak, kemungkinan besar anak
didik tidak akan bisa menjawab dengan benar. Kelemahan alat tes ini pada
pembuatan soal yang tidak memungkinkan untuk memuat semua bahan pelajaran dalam
satu smester, untuk dapat disuguhkan pada waktu ulangan. Begitu juga dalam hal
penilaian, walaupun ada standar penilaian, sikap objektifitas guru sangat
berpengaruh dalam penilaian.
6. Faktor Suasana Evaluasi.
Faktor
suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana
evaluasi adalah:
a.
Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas.
b.
Semua murid dibagi menurut tingkatan
masing-masing.
c.
Besar sedikitnya anak didik dalam
kelas.
d.
Berlaku jujur, baik guru maupun anak
didik selama evaluasi tersebut.
e.
Sikap pengawas yang berlebihan.
Semua hal
tersebut mempengaruhi suasana evaluasi, pengelompokan anak didik dalam jumlah
besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga pengacakan nomor tempat
duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk kejujuran anak dalam mengikuti
evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau nyontek bersama. Pengawas yang terlalu
berlebihan dalam mengawasi siswapun demikian. Akan tetapi pengawas yang cuek,
membiarkan peserta didik bekerja sama dalam mengerjakan soal evaluasi, atau
membiarkan siswa menyontek akan berakibat siswa malas belajar, dengan harapan
dapat melakukannya lagi pada evaluasi berikutnya.
C.
Kesimpulan.
Setiap kegiatan belajar mengajar, tentu menginginkan keberhasilan yang
terukur, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar antara lain: faktor tujuan, pendidik, peserta didik, kegiatan
pengajaran, alat dan bahan evaluasi serta suasana evaluasi. Faktor-faktor
tersebut tidak bisa berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dan saling
menunjang.
Guru harus memperhatiakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
tersebut, jika ingin kegiatan pengajarannya berhasil. Karena keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar tidak mungkin datang dengan sendirinya, tetapi butuh
perencanaan pengajaran yang matang, pelaksanaan yang bervariatif dari sisi
metode, media, maupun suasana yang menunjang dalam evaluasi ynag merupakan alat
ukur keberhasilan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar