Rabu, 03 Juli 2019

Hidupku yang ke dua

1 : 200.000

Mohon dibaca 1 banding 200.000 atau 1 dari 200.000
Ya, aku terpilih dari rata-rata  200.000 penduduk, yang merasakan apa yang namanya GBS
dan dokter itu tak pernah mengucapkan selamat, hanya wajah datar
ketika mendiagnosa awal.
bahkan ketika aku bilang aku harus pulang, dokter bilang tidak bisa bapak harus di rawat,
aku harus pulang bahkan ke Pekan Baru, bukan kerumahku yang tak jauh dari RS di Lubuk Linggau, dokter tetap ngotot aku harus dirawat,
akhirnya kusampaikan, ayahku wafat jam 3 pagi tadi di Pekan Baru, aku harus pulang, aku anak lelaki, akhirnya setelah menarik nafas panjang dokter bilang dengan 2 syarat.
pertama aku mesti menandatangani pernyataan menolak dirawat dan tidak akan menuntut dokter dan rumah sakit kalau terjadi sesuatu, mati sekalipun. Kutanda tangani saja, dalam pikiranku yang penting aku bisa keluar dari RS walaupun waktu pegang pena serasa menandatangani kematian sendiri. Yang kedua aku dibekali rujukan ke RS di pekan Baru, dengan pesan sesampainya disana langsung masuk rumah sakit,  terus apakah setelah ziarah ke makam ayah aku langsung rawat inap di Pekan Baru,
tidak,.bukan Mustolih namanya kalau terlalu nurut sama dokter,.
setelah kusampaikan kondisiku pada ibu aku malah langsung pulang ke Lubuk Linggau, sayang dokternya nggak ada karena hari Jum'at kabarnya dokter praktik di Palembang  jadi aku pulang ke rumah.

Apa yang terpikirkan ketika mendengar kata GBS? biasanya kalau kuucapkan kata tersebut orang akan balik bertanya GBS itu apa? dan kalau kujawab GBS itu "Guillian Barre Syndome"mereka akan berkata " oo,....."
gitu doang rata-rata.

Sebenarnya apa sih GBS, akupun baru tahu setelah berangsur pulih, karena begitu dokter memvonis aku terkena GBS, istriku tak menijinkan aku pegang HP
Aku tak tahu mengapa, baru setelah sehat dia bilang
'untuk menjaga kesetabilan mentalku, menjaga semangatku, biar nggak ngedrop" kok bisa ?
biar aku nggak nanya sama google, tahunya GBS itu aja deh.
itulah istriku, dia melakukan yang terbaik untukku, aku sangat menyayanginya.



bersama bidadari surgaku dan bidadari junior semata wayang


setelah aku browsing ternyata GBS itu,..
penyakit langka yang rata-rata hanya diderita 1 : 200.000 orang
penyakit akut yang jika tak ditangani segera bisa merenggut nyawa
Tidak butuh bertahun, atau berbulan, minggu, hari, jam, bahkan dalam  hitungan menit
semua bisa terjadi
penyakit langka yang harga obatnya ratusan juta dan tidak disetiap RS ada
untuk ukuran berat badanku butuh 1000 ml perhari
dan harganya waktu itu Rp. 3.752.000 per 100 ml jadi 1 hari butuh Rp.37.520.000,
itu baru imonuglobin saja belum yang lain, untuku yang PNS golongan 2 waktu itu mau nyari uang kemana, ? untung ada BPJS
Penyakit yang pemulihannya butuh waktu lama, bahkan residu bisa terasa sampai 6 tahun bahkan sampai sekarang residu kadang masih terasa padahal sudah berlalu 4 tahun.

Penyakit yang menghilangkan kekuatanku hingga 20% sekalipun sudah sembuh total
berita gembiranya, hanya 15% penderita yang kambuhan, sisanya hanya sekali seumur hidup, bukan penyakit turunan dan bukan penyakit menular, bahkan dokter bilang sampai sekarang belum diketahui penyebabnya pastinya.

sederhananya penyakit ini disebabkan kekebalan tubuh terlalu aktif dan menyerang serta merusak sistem saraf tepi, (termasuk penyakit autoimun) kodisi terburukku waktu itu aku lumpuh total
tak bisa bergerak, karena syaraf motorik rusak, tak bisa merasa walaupun dicubit
karena syaraf sensorik juga mulai rusak
pencernaanku berhenti karena syaraf otonom diwilayah perut sudah terserang
waktu itu yang dokter bilang kalau syaraf diagfragma kena
maka aku akan berhenti bernafas, terpaksa pasang ventilator


ngeri ya,...tidak juga......  bahkan aku menikmati setiap detiknya,..
kok bisa ,..?  (to be continue)


1 komentar: